Teman-teman, awal Juli lalu, aku dan adikku berlibur ke kampung halaman. Kami berangkat dan pulang naik pesawat. Tujuan mudik yang pertama, yaitu kerumah nenekku di Surabaya. Yang kedua, ke kampung halamanku di Sidoarjo. Dan yang terakhir, kerumah nenek di Banyuwangi.
Kami berangkat ke Surabaya pukul 06.00. Perjalanan dari Jakarta ke Surabaya memerlukan waktu 1 jam lebih 10 menit. Tak terasa, kami sampai di Bandara Juanda. Di surabaya, kami menginap di rumah nenek selama 2 hari.
Setelah itu, kami berkunjung ke kampung halaman di Sidoarjo. Dimana kami pernah tinggal bersama keluarga selama 11 tahun. Disana, kami berkunjung kerumah lama kami. Tapi sayang, hanya sampai diluar saja ku pandangi singgasana kami. Karena kami lupa, tidak membawa kuncinya. Tapi, disana kami cukup senang. Karena, kami sempat bermain bersama kawan-kawan lama kami. Kami bermain bola, bultangikis, dll. Sungguh, permainan-permainan itu mengingatkan kami saat tinggal di Sidoarjo. Rasanya, kami sudah puas bermain-main disana. Rasa rindu kami terhadap kampung halaman, sudah cukup terobati.
Keesokan harinya, kami sudah berangkat ke Banyuwangi menaiki kereta. Perjalanan Dari Surabaya ke Banyuwangi memerlukan waktu 6 jam. Kami berangkat pukul 09.00 dari setasiun Surabaya. Di tengah perjalanan, kami melewati Lumpur Panas Lapindo. Sepertinya, lama sekali aku tidak melihat keadaan Lumpur Lapindo. Tak terasa, Lumpur Lapindo sudah 3 tahun menenggelamkan sabagian wilayah Sidoarjoku tercinta. Tanggulnya semakin tinggi saja. Kira-kira tinggi tanggul mencapai 7 meter. Kami melihat bahwa saat ini Lumpur panas Lapindo menjadi objek wisata. Kami melihat banyak sekali wisatawan yang melihat Lumpur Lapindo.
Semakin lama, kereta kami berjalan cepat meninggalkan kota Sidoarjo.
Dan tak terasa, kami sampai di setasiun Banyuwangi pukul 15.30 WIB. Disana, kami sudah di jemput oleh om dan kakek kami.
Sesampai dirumah nenek, kami disambut oleh keluaraga kami. Rasanya, sudah lama tidak bertemu keluarga. Disana kami menghadiri reuni keluarga. Kami senang sekali bertemu dengan keluarga.
Tak terasa kami sudah cukup lama menghabiskan liburan ini di Banyuwangi. Tanggal 9 Juli 2009, kami pulang ke Jakarta dan kembali sekolah.
╔══╗ ♫ ♫ ♥
║██║ ♫ ♥ ♫
║OO║ ♥ ♫ ♥
╚══╝
Sabtu, 31 Oktober 2009
Ikhwan yang Bersalah
Hari Kamis (di koridor sekolah), teman-teman melihat ada yang berubah dengan sikap dan perbuatan sahabatku yang satu itu. Anggaplah si A namanya. Banyak yang mengatakan bahwa si A berubah tingkahnya semenjak dia menjalin hubungan dengan si B. Saat itu, aku masih tidak tahu, apa yang berubah dari dirinya. Apakah dia semakin baik sikapnya, atau semakin buruk sikapnya. Kabarnya, si A berubah sikap sejak Rabu lalu.
Ada salah satu teman ku, yang merasakan betapa sakitnya dipermainkan olehnya. Temanku menceritakan hal itu dengan penuh rasa kecewa yang sangat dalam.
“Teman, mengapa A selalu memintaku untuk menjadi pendampingnya tatkala dia sudah mengakhiri hubungannya dengan akhwat lain? Dia sudah melakukan hal ini beberapa kali. Dan permohonan itu pun selalu dia ucapkan disaat aku bertemu dengannya. Aku pun susah menjawabnya. Karena, dia sudah terlalu sering mempermainkanku didepan teman-teman dengan ucapan gombal. Aku kecewa teman dengan perbuatan dan sikap sahabatmu.”
Memang, daridulu A selalu mempunyai sikap buruk seperti itu. Susah sekali rasanya untuk menegurnya agar menghindari perbuatan semacam itu. Ada lagi yang menceritakan hal lain tentang si A.
“Teman, si A yang aku kenal tidaklah seperti dulu. Aku tahu dia mempunyai sikap yang kurang baik. Tetapi, sampai kapan dia selalu menggunakan hal seperti itu agar dia selalu didampingi dengan seorang akhwat? Setiap kali dia mendapatkan akhwat baru, dia semakin melupakan kita sebagai seorang sahabat. Dia semakin lupa dengan nasehat” kita. Apalagi, saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan si B. Teman tahu kan, bahwa sekarang sudah ke 4 kali nya dia menjalin hubungan dengan si B. Seringkali jika dia mengakhiri hubungannya dengan akhwat lain, dia selalu menggandeng si B sebagai gantinya. Padahal kami tahu, sudah terbukti bahwa si B selalu mempermainkan sahabat kita jika sedang menjalin hubungan dengannya. Apa maksud dia teman? Sebenarnya, siapa yang keterlaluan? Apakah si A yang keterlaluan?
Aku pun tertunduk memikirkan kesalahan yang diperbuat sahabatku.
“Memang benar. Se-tahu ku, si A mempunyai kebiasaan seperti itu dari dulu. Tapi entahlah, mengapa aku susah untuk menegurnya. Aku sudah berusaha mencegahnya agar dia tidak berbuat seperti itu lagi.
Allah melarang berbuat hal itu. Kita tidak boleh mempergnakan hidup ini dengan berganti-ganti pasangan hanya untuk bermain-main saja. Apa jadinya jika kelak dia sudah menikah?! Apakah dia juga merasa selalu bosan dengan istrinya ? Lalu jika ia bosan, apakah semudah itu dia meninggalkan istrinya ? Naudzubillahimindzalik.
Pada dasarnya, semua orang itu baik hatinya. Namun terkadang, kurang baik sikapnya. Si A itu baik pada ku. Entahlah bagaimana terhadap kalian.
Ada salah satu teman ku, yang merasakan betapa sakitnya dipermainkan olehnya. Temanku menceritakan hal itu dengan penuh rasa kecewa yang sangat dalam.
“Teman, mengapa A selalu memintaku untuk menjadi pendampingnya tatkala dia sudah mengakhiri hubungannya dengan akhwat lain? Dia sudah melakukan hal ini beberapa kali. Dan permohonan itu pun selalu dia ucapkan disaat aku bertemu dengannya. Aku pun susah menjawabnya. Karena, dia sudah terlalu sering mempermainkanku didepan teman-teman dengan ucapan gombal. Aku kecewa teman dengan perbuatan dan sikap sahabatmu.”
Memang, daridulu A selalu mempunyai sikap buruk seperti itu. Susah sekali rasanya untuk menegurnya agar menghindari perbuatan semacam itu. Ada lagi yang menceritakan hal lain tentang si A.
“Teman, si A yang aku kenal tidaklah seperti dulu. Aku tahu dia mempunyai sikap yang kurang baik. Tetapi, sampai kapan dia selalu menggunakan hal seperti itu agar dia selalu didampingi dengan seorang akhwat? Setiap kali dia mendapatkan akhwat baru, dia semakin melupakan kita sebagai seorang sahabat. Dia semakin lupa dengan nasehat” kita. Apalagi, saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan si B. Teman tahu kan, bahwa sekarang sudah ke 4 kali nya dia menjalin hubungan dengan si B. Seringkali jika dia mengakhiri hubungannya dengan akhwat lain, dia selalu menggandeng si B sebagai gantinya. Padahal kami tahu, sudah terbukti bahwa si B selalu mempermainkan sahabat kita jika sedang menjalin hubungan dengannya. Apa maksud dia teman? Sebenarnya, siapa yang keterlaluan? Apakah si A yang keterlaluan?
Aku pun tertunduk memikirkan kesalahan yang diperbuat sahabatku.
“Memang benar. Se-tahu ku, si A mempunyai kebiasaan seperti itu dari dulu. Tapi entahlah, mengapa aku susah untuk menegurnya. Aku sudah berusaha mencegahnya agar dia tidak berbuat seperti itu lagi.
Allah melarang berbuat hal itu. Kita tidak boleh mempergnakan hidup ini dengan berganti-ganti pasangan hanya untuk bermain-main saja. Apa jadinya jika kelak dia sudah menikah?! Apakah dia juga merasa selalu bosan dengan istrinya ? Lalu jika ia bosan, apakah semudah itu dia meninggalkan istrinya ? Naudzubillahimindzalik.
Pada dasarnya, semua orang itu baik hatinya. Namun terkadang, kurang baik sikapnya. Si A itu baik pada ku. Entahlah bagaimana terhadap kalian.
Shocktober Lapangan Basket
Waktu itu, gue lagi pengen-pengennya maen basket di lapangan deket rumah. Yaa, pada saat itu ring basket deket rumah baru satu yang di pasang. Jadi, gue pengen cepet-cepet nyoba itu ring basket. Pulang sekolah, gue langsung ambil bola basket. Blom ganti baju, blom makan, blom lepas spatu, blom nyapa rumah, segala macem. Gue langsung ke lapangan dengan giatnya.
Sampe di lapangan, gue ngeliat ada cowo yang tampilannya sama kaya gue. Masih pake baju seragam sekolah, n masih pake sepatu. Yaah, gue udah gak enak duluan. Kalo ada tu cowo, bakalan ke ganggu deh gue kalo nge-shoot. Kan ring-nya cuma satu. Bisa-bisa gue gak kebagian masukin bola dong.
Kalo gue liat, kayanya dia jago banget maen basketnya. Abiis, maennya di garis 3point mulu. Udah gitu, tiap nge-shoot pasti masuk. Akhirnya gue pengen nyoba. Kok bisa sih ampe segitunya?. Pas gue nyoba nge-shoot di garis 3point, taunya kaga masuk. Malu deh. Tapi ama dia malah di kasih applouse. Aneh. Yaudah, gue cuekin aja dia. Lagian, kaga masuk di kasi applouse. Ya gak nyambung. Kalo seandainya masuk, bangga” aja gue di kasih applouse. Hehehehe. Nah yang shoot ke2, gue masih masang jurus kuda” tuh. Hahahaha. Tapi belom nge-shoot yaa. Pas mau ngelempar, tu cowo triak ke gue, “Titaaaa”. Dengan herannya, jidad gue langsung mengkerut. “Kok tau nama saya?”.
Dia nya langsung mengalihkan pandangan (buang muka gitu). Dlm hati gue, sombong banget tu orang. Ditanyain malah buang muka. Gak taunya dia nyamperin gue n ngomong ke gue “Gue gak sombong!”.
Gue kaget n ngomong ke dia. “Kok bisa tau sih?”
Cowo: “Tita jangan su’zhan dulu. Tita jangan bilang sombong ke gue dulu.”
Gue: “Eh eh gue nanya, kok lu bisa tau nama gue? Trus lo bisa tau…” (motong pembicaraan gue).
Cowo: “Gue tau”
Lama-lama gue takut aja ama dia. Pandangan dia ke gue, sungguh-sangat-amat-benar” menakutkan. Haha. Udah gitu kalo gue tanya, jawabannya nggak sesuai ama pertanyaan gue. Malahan ngomong yang aneh-aneh ke gue. Yaudah, gue langsung menghindar dari hadapan dia.
Cowo: “Lu gak usah takut ma gue Ta’”
Lagi” cowo itu tau apa yg gue maksud. Gue pnasaran, apa dia punya indra ke6 gitu? Hahahaha gatau deh bodo amat. Trus, gue gamau ngelanjutin maen basket. Gatau kenapa, gue jadi pengen berhenti maen basket pada waktu itu. Akhirnya, gue duduk aja di pinggir lapangan. Sambil ngeliatin teknik dia maen basket. Tau”, dia berhenti maen basket sambil ngomong “Gue itu orang biasa kok”
Dlm hati gue, “Kok tau-tau dia ngomong kaya gitu sih?”. Lama-lama gue yakin kalo dia itu punya kelebihan (bisa dibilang punya indra ke6). Jujur gue baru ngeliat ada orang punya kelebihan kaya dia. Bisa tau maksud gue, bisa tau apaa aja yang gue omongin dlm hati. Waah, dengan yakin nya gue langsung ngomong ke dia. “Lu punya indra ke6 ya? Hebat ya lo.”. Dia langsung duduk di samping gue.
Cowo: “Kan gue udah bilang, gue orang biasa. Sama kaya lo.”
Gue: “Gak mungkin ah. Anak biasa mah, jarang yang bisa tau maksud orang. Kalo nggak gitu, apa namanya kalo nggak indra ke 6?!”
Cowo: “Ta, gue orang normal kok. Bukan orang nggak normal.”
Gue: “Iya gue tau. Lu pikir indra ke6 itu pikirannya kaya orang gila? Yanggak laah! Beda!. Orang gila itu nggak waras, nggak sehat. Kalo indra ke6 itu kelebihan orang.”
Cowo: “Kelebihan yang lo maksud bukan semuanya di nama’in indra ke6. Ngerti?!”
Gue: “Nggak tuh gue nggak ngerti”
Cowo: “Nggak ada rekan ulang!”
Gue:”Gue mintanya dijelasin lagi.”
Cowo: “Gue tau lo ngerti.”
Gue: “Nah tuh, lo ngerti kan?. Brati lo punya indra ke6.”
Cowo: “Trus aja nanyain begituan, gue tau lo penasaran. Tapi ga usah nanya-nanya terus deh.”
Gue:” Naah tuh lo bisaa….”
Cowo: “Gue tau gue ngerti gue paham.”
Gue: “Bosen lo? Bosen bilang aja!”
Cowo: “Lu juga tau kan kalo gue bosen?”
Gue: “Tau aja”.
Akhirnya gue ninggalin dia, en maen basket lagi. Gue bosen, gue capek ngomong ma dia. Serasa ngomong ama orang asing deh. Pas gue mau masukin bola, tau-tau dia nyamperin gue.
“Ta, gue tau kalo lo penasaran. Tapi pliss lo jangan bilang ama ortu gue”.
Gue: “Gue aja blom kenal ma lo. Apalagi ma ortu lo?!”
Akhirnya, cowo itu ngenalin ke gue,
“Nama gue Raldo.”
Gue: “Knalin, gue…”
Raldo: “Gue udah tau ta. Nama lo Fitra Maliha Ramadhania. Panggilannya Tita. Umur 13. Lahir 25 Januari SERIBU SEMBILAN RATUS SEMBILAN PULUH ENAM.”
Gue: “Biasa aja napa. Gue yakin lo punya kelebihan, Mungkin, lo tau asal-usul gue dari orang laen yang kenal ma gue. Ya kan?
Raldo: “Gue gak pernah Ta sosialisasi ma tetangga, temen sekolah, guru, bahkan sodara. Kecuali ortu gue ama adek-adek gue. Jangankan ngobrol Ta, sepatah kata pun gak pernah terucap dari mulut gue ke orang-orang. Sampe-sampe, gue pernah dibilang ama temen-temen kalo gue anak bisu.
Gue: “Lah? Jadi boleh dibilang gue itu temen pertama lo, gitu?”
Raldo: “Iya Ta. Jujur baru sekali gue ngucap kata sebanyak ini ke orang laen yang blom pernah gue kenal.”
Gue: “Lo gak ada rasa pengen sosialisasi apa ma orang-orang?”
Raldo: “Gue gak mau”
Gue: “Lah knapa? Lo gak cape’ apa diem mulu sampe-sampe dibilang orang bisu? Lo gak mau apa ngobrol bebas ngeluarin seribu kata ama orang-orang yang lu sayangi mungkin?
Raldo: “Gue tetep gamau.”
Gue: “Alesannya?”
Raldo: “Gatau deh kenapa. Dari kecil gue uda kaya orang bisu. Seumur hidup gue, baru sekali gue ngobrol bebas, lancar, ama orang. Ama lo Ta’.
Dlm hati gue, “kok jadi gini sih? Ga jelas. Padahal awalnya kan gue mau nanya kelebihannya. Eh, dianya malah cerita asal-usul. Wah aneh. Gak lama, Raldo langsung ngebentak gue.
Raldo: “Ta’, pliss lo jangan nanya itu lagi. Gue pengen curhat ma lo, gue pengen sharing ma lo, gue pengen ngobrol banyak ma lo, banyak deh. Jadi, pliss lo dengerin curhat gue. Ok”
Gue: “Kaya lagu Vierra aja. Bagus loh lagunya.”
Raldo: “Iya gue tau. Bagus yang judulnya bersamamu.”
Gue: “Eit daah, lanjutin aja curhatnya. Kagak usah ngebahas lagu.”
Raldo: “Kalo gue ganti topik, terserah gue dong. Sekarang kita ngomongin lagu”
Semenjak dia sewot kaya gitu, gue udah gak mau ngomong lagi dlm hati. Jadi, gue langsung ngomong aja ma dia.
Gue: “Eh jangan marah gitu dong. Biasa aja. Gue tu bingung, lo tu ngomongin yang mana sih? Kalo ngobrol, satu topic di selese’in dulu dong. Jangan asal ganti topik. “
Raldo: “ Oke jadi lo ngejek gue? Orang bisu baru bisa ngomong, gitu?
Gue: “Raldo, gue nggak ngejek. Lo jangan ngasal dulu.”
Raldo: “Iya ta. Gue tau lo gak mau bikin gue sakit hati kan? Gue gak akan marah kok. “
Gue: “Halah udah ah gak usah bercanda.”
Raldo: “Hahaha Tita gak mau bikin gue sakit hati. Karena ……..
*) To be continued
Sampe di lapangan, gue ngeliat ada cowo yang tampilannya sama kaya gue. Masih pake baju seragam sekolah, n masih pake sepatu. Yaah, gue udah gak enak duluan. Kalo ada tu cowo, bakalan ke ganggu deh gue kalo nge-shoot. Kan ring-nya cuma satu. Bisa-bisa gue gak kebagian masukin bola dong.
Kalo gue liat, kayanya dia jago banget maen basketnya. Abiis, maennya di garis 3point mulu. Udah gitu, tiap nge-shoot pasti masuk. Akhirnya gue pengen nyoba. Kok bisa sih ampe segitunya?. Pas gue nyoba nge-shoot di garis 3point, taunya kaga masuk. Malu deh. Tapi ama dia malah di kasih applouse. Aneh. Yaudah, gue cuekin aja dia. Lagian, kaga masuk di kasi applouse. Ya gak nyambung. Kalo seandainya masuk, bangga” aja gue di kasih applouse. Hehehehe. Nah yang shoot ke2, gue masih masang jurus kuda” tuh. Hahahaha. Tapi belom nge-shoot yaa. Pas mau ngelempar, tu cowo triak ke gue, “Titaaaa”. Dengan herannya, jidad gue langsung mengkerut. “Kok tau nama saya?”.
Dia nya langsung mengalihkan pandangan (buang muka gitu). Dlm hati gue, sombong banget tu orang. Ditanyain malah buang muka. Gak taunya dia nyamperin gue n ngomong ke gue “Gue gak sombong!”.
Gue kaget n ngomong ke dia. “Kok bisa tau sih?”
Cowo: “Tita jangan su’zhan dulu. Tita jangan bilang sombong ke gue dulu.”
Gue: “Eh eh gue nanya, kok lu bisa tau nama gue? Trus lo bisa tau…” (motong pembicaraan gue).
Cowo: “Gue tau”
Lama-lama gue takut aja ama dia. Pandangan dia ke gue, sungguh-sangat-amat-benar” menakutkan. Haha. Udah gitu kalo gue tanya, jawabannya nggak sesuai ama pertanyaan gue. Malahan ngomong yang aneh-aneh ke gue. Yaudah, gue langsung menghindar dari hadapan dia.
Cowo: “Lu gak usah takut ma gue Ta’”
Lagi” cowo itu tau apa yg gue maksud. Gue pnasaran, apa dia punya indra ke6 gitu? Hahahaha gatau deh bodo amat. Trus, gue gamau ngelanjutin maen basket. Gatau kenapa, gue jadi pengen berhenti maen basket pada waktu itu. Akhirnya, gue duduk aja di pinggir lapangan. Sambil ngeliatin teknik dia maen basket. Tau”, dia berhenti maen basket sambil ngomong “Gue itu orang biasa kok”
Dlm hati gue, “Kok tau-tau dia ngomong kaya gitu sih?”. Lama-lama gue yakin kalo dia itu punya kelebihan (bisa dibilang punya indra ke6). Jujur gue baru ngeliat ada orang punya kelebihan kaya dia. Bisa tau maksud gue, bisa tau apaa aja yang gue omongin dlm hati. Waah, dengan yakin nya gue langsung ngomong ke dia. “Lu punya indra ke6 ya? Hebat ya lo.”. Dia langsung duduk di samping gue.
Cowo: “Kan gue udah bilang, gue orang biasa. Sama kaya lo.”
Gue: “Gak mungkin ah. Anak biasa mah, jarang yang bisa tau maksud orang. Kalo nggak gitu, apa namanya kalo nggak indra ke 6?!”
Cowo: “Ta, gue orang normal kok. Bukan orang nggak normal.”
Gue: “Iya gue tau. Lu pikir indra ke6 itu pikirannya kaya orang gila? Yanggak laah! Beda!. Orang gila itu nggak waras, nggak sehat. Kalo indra ke6 itu kelebihan orang.”
Cowo: “Kelebihan yang lo maksud bukan semuanya di nama’in indra ke6. Ngerti?!”
Gue: “Nggak tuh gue nggak ngerti”
Cowo: “Nggak ada rekan ulang!”
Gue:”Gue mintanya dijelasin lagi.”
Cowo: “Gue tau lo ngerti.”
Gue: “Nah tuh, lo ngerti kan?. Brati lo punya indra ke6.”
Cowo: “Trus aja nanyain begituan, gue tau lo penasaran. Tapi ga usah nanya-nanya terus deh.”
Gue:” Naah tuh lo bisaa….”
Cowo: “Gue tau gue ngerti gue paham.”
Gue: “Bosen lo? Bosen bilang aja!”
Cowo: “Lu juga tau kan kalo gue bosen?”
Gue: “Tau aja”.
Akhirnya gue ninggalin dia, en maen basket lagi. Gue bosen, gue capek ngomong ma dia. Serasa ngomong ama orang asing deh. Pas gue mau masukin bola, tau-tau dia nyamperin gue.
“Ta, gue tau kalo lo penasaran. Tapi pliss lo jangan bilang ama ortu gue”.
Gue: “Gue aja blom kenal ma lo. Apalagi ma ortu lo?!”
Akhirnya, cowo itu ngenalin ke gue,
“Nama gue Raldo.”
Gue: “Knalin, gue…”
Raldo: “Gue udah tau ta. Nama lo Fitra Maliha Ramadhania. Panggilannya Tita. Umur 13. Lahir 25 Januari SERIBU SEMBILAN RATUS SEMBILAN PULUH ENAM.”
Gue: “Biasa aja napa. Gue yakin lo punya kelebihan, Mungkin, lo tau asal-usul gue dari orang laen yang kenal ma gue. Ya kan?
Raldo: “Gue gak pernah Ta sosialisasi ma tetangga, temen sekolah, guru, bahkan sodara. Kecuali ortu gue ama adek-adek gue. Jangankan ngobrol Ta, sepatah kata pun gak pernah terucap dari mulut gue ke orang-orang. Sampe-sampe, gue pernah dibilang ama temen-temen kalo gue anak bisu.
Gue: “Lah? Jadi boleh dibilang gue itu temen pertama lo, gitu?”
Raldo: “Iya Ta. Jujur baru sekali gue ngucap kata sebanyak ini ke orang laen yang blom pernah gue kenal.”
Gue: “Lo gak ada rasa pengen sosialisasi apa ma orang-orang?”
Raldo: “Gue gak mau”
Gue: “Lah knapa? Lo gak cape’ apa diem mulu sampe-sampe dibilang orang bisu? Lo gak mau apa ngobrol bebas ngeluarin seribu kata ama orang-orang yang lu sayangi mungkin?
Raldo: “Gue tetep gamau.”
Gue: “Alesannya?”
Raldo: “Gatau deh kenapa. Dari kecil gue uda kaya orang bisu. Seumur hidup gue, baru sekali gue ngobrol bebas, lancar, ama orang. Ama lo Ta’.
Dlm hati gue, “kok jadi gini sih? Ga jelas. Padahal awalnya kan gue mau nanya kelebihannya. Eh, dianya malah cerita asal-usul. Wah aneh. Gak lama, Raldo langsung ngebentak gue.
Raldo: “Ta’, pliss lo jangan nanya itu lagi. Gue pengen curhat ma lo, gue pengen sharing ma lo, gue pengen ngobrol banyak ma lo, banyak deh. Jadi, pliss lo dengerin curhat gue. Ok”
Gue: “Kaya lagu Vierra aja. Bagus loh lagunya.”
Raldo: “Iya gue tau. Bagus yang judulnya bersamamu.”
Gue: “Eit daah, lanjutin aja curhatnya. Kagak usah ngebahas lagu.”
Raldo: “Kalo gue ganti topik, terserah gue dong. Sekarang kita ngomongin lagu”
Semenjak dia sewot kaya gitu, gue udah gak mau ngomong lagi dlm hati. Jadi, gue langsung ngomong aja ma dia.
Gue: “Eh jangan marah gitu dong. Biasa aja. Gue tu bingung, lo tu ngomongin yang mana sih? Kalo ngobrol, satu topic di selese’in dulu dong. Jangan asal ganti topik. “
Raldo: “ Oke jadi lo ngejek gue? Orang bisu baru bisa ngomong, gitu?
Gue: “Raldo, gue nggak ngejek. Lo jangan ngasal dulu.”
Raldo: “Iya ta. Gue tau lo gak mau bikin gue sakit hati kan? Gue gak akan marah kok. “
Gue: “Halah udah ah gak usah bercanda.”
Raldo: “Hahaha Tita gak mau bikin gue sakit hati. Karena ……..
*) To be continued
Langganan:
Postingan (Atom)
