Sabtu, 31 Oktober 2009

Ikhwan yang Bersalah

Hari Kamis (di koridor sekolah), teman-teman melihat ada yang berubah dengan sikap dan perbuatan sahabatku yang satu itu. Anggaplah si A namanya. Banyak yang mengatakan bahwa si A berubah tingkahnya semenjak dia menjalin hubungan dengan si B. Saat itu, aku masih tidak tahu, apa yang berubah dari dirinya. Apakah dia semakin baik sikapnya, atau semakin buruk sikapnya. Kabarnya, si A berubah sikap sejak Rabu lalu.
Ada salah satu teman ku, yang merasakan betapa sakitnya dipermainkan olehnya. Temanku menceritakan hal itu dengan penuh rasa kecewa yang sangat dalam.
“Teman, mengapa A selalu memintaku untuk menjadi pendampingnya tatkala dia sudah mengakhiri hubungannya dengan akhwat lain? Dia sudah melakukan hal ini beberapa kali. Dan permohonan itu pun selalu dia ucapkan disaat aku bertemu dengannya. Aku pun susah menjawabnya. Karena, dia sudah terlalu sering mempermainkanku didepan teman-teman dengan ucapan gombal. Aku kecewa teman dengan perbuatan dan sikap sahabatmu.”

Memang, daridulu A selalu mempunyai sikap buruk seperti itu. Susah sekali rasanya untuk menegurnya agar menghindari perbuatan semacam itu. Ada lagi yang menceritakan hal lain tentang si A.
“Teman, si A yang aku kenal tidaklah seperti dulu. Aku tahu dia mempunyai sikap yang kurang baik. Tetapi, sampai kapan dia selalu menggunakan hal seperti itu agar dia selalu didampingi dengan seorang akhwat? Setiap kali dia mendapatkan akhwat baru, dia semakin melupakan kita sebagai seorang sahabat. Dia semakin lupa dengan nasehat” kita. Apalagi, saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan si B. Teman tahu kan, bahwa sekarang sudah ke 4 kali nya dia menjalin hubungan dengan si B. Seringkali jika dia mengakhiri hubungannya dengan akhwat lain, dia selalu menggandeng si B sebagai gantinya. Padahal kami tahu, sudah terbukti bahwa si B selalu mempermainkan sahabat kita jika sedang menjalin hubungan dengannya. Apa maksud dia teman? Sebenarnya, siapa yang keterlaluan? Apakah si A yang keterlaluan?


Aku pun tertunduk memikirkan kesalahan yang diperbuat sahabatku.
“Memang benar. Se-tahu ku, si A mempunyai kebiasaan seperti itu dari dulu. Tapi entahlah, mengapa aku susah untuk menegurnya. Aku sudah berusaha mencegahnya agar dia tidak berbuat seperti itu lagi.
Allah melarang berbuat hal itu. Kita tidak boleh mempergnakan hidup ini dengan berganti-ganti pasangan hanya untuk bermain-main saja. Apa jadinya jika kelak dia sudah menikah?! Apakah dia juga merasa selalu bosan dengan istrinya ? Lalu jika ia bosan, apakah semudah itu dia meninggalkan istrinya ? Naudzubillahimindzalik.

Pada dasarnya, semua orang itu baik hatinya. Namun terkadang, kurang baik sikapnya. Si A itu baik pada ku. Entahlah bagaimana terhadap kalian.

1 komentar: